SAMRAH

Written By betawi on Minggu, 08 Mei 2011 | 20.07

Samrah adalah salah satu budaya Betawi. Orkes samrah berasal dari Melayu sebagaimana tampak dari lagu-lagu yang dibawakan seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, dan Cik Minah dengan corak Melayu, disamping lagu lagu khas Betawi, seperti Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang-lenggang Kangkung dan sebagainya. Tarian yang biasa di iringi orkes ini disebut Tari Samrah.

Gerak tariannya menunjukkan persamaan dengan umumnya tari Melayu yang mengutamakan langkah langkah dan lenggang lenggok berirama, ditambah dengan gerak-gerak pencak silat, seperti pukulan, tendangan, dan tangkisan yang diperhalus. Biasanya penari samrah turun berpasang-pasangan. Mereka menari diiringi nyanyian biduan yang melagukan pantun-pantun berthema percintaan dengan ungkapan kata-kata merendahkan diri seperti orang buruk rupa hina papa tidak punya apa-apa.

Orkes Samrah biasa digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian. Lagu-lagu pokoknya adalah lagu Melayu seperti: Burung Putih Pulau Angsa Dua Cik Minah Sayang Sirih Kuning Masmura.Disamping itu, terkadang membawakan lagu khas betawi, antara lain: Kicir-kicir Jali-jali Lenggang Kangkung.

Orkes Samrah sering disebut juga Sambrah. Samrah telah berkembang di Jakarta sejak abad ke-17. Asalnya dari Melayu. Hal itu dimungkinkan karena salah satu suku yang menjadi cikal bakal orang Betawi adalah Melayu. Samrah berasal dari kata bahasa Arab “samarokh” yang berarti berkumpul atau pesta dan santai. Kata “samarokh” oleh orang Betawi diucapkan menjadi “samrah” atau “sambrah”. Dalam kesenian Betawi, samrah menjadi orkes samrah dan tonil samrah serta tari samrah.

Orkes Sambrah adalah ansambel musik Betawi. Instrumen musiknya antara lain harmonium, biola, gitas, string bas, tamburin, marakas, banyo, dan bas betot. Dalam menyajikan sebuah lagu, unsur alat musik harmonium sangat dominan dan kini sudah langka. Maka orkes samrah disebut pula sebagai orkes harmonium. Orkes ini dimanfaatkan sebagai sarana hiburan dalam berbagai acara. Lagu-lagu pokoknya berbahasa Melayu seperti Burung Putih, Pulau Angsa Dua, Cik Minah Sayang, Sirih Kuning, Masmura, Pakpung Pak Mustape, dan sebagainya. Di samping itu dimainkan juga lagu-lagu yang khas Betawi, seperti Jali-jali, Kicir-kicir, dan Lenggang-lenggang Kangkung.

Daerah penyebaran samrah terbatas di kawasan Betawi Tengah, seperti Tanah Abang, Cikini, Paseban, Tanah Tinggi, Kemayoran, Sawah Besar dan Petojo. Masyarakat pendukungnya kebanyakan kelas menengah. Kini popularitasnya makin surut, meski belakangan Lembaga Kebudayaan Betawi berupaya untuk membangkitkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar